Saudaraku, Inilah Ilmu Paling Utama
Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.
Hubungan Ibadah dengan Tauhid
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah samar bagi kita bahwa seorang muslim memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan ini. Tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk mewujudkan penghambaan kepada Allah secara total. Penghambaan yang bersih dari noda syirik dan pemberhalaan.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Aadz-Dzariyat : 56).
Para ulama diantaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan bahwa perintah beribadah maksudnya adalah untuk mewujudkan tauhid kepada Allah (silahkan periksa dalam Tafsir Imam al-Baghawi)
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam risalah-nya Tsalatsatul Ushul menjelaskan bahwa hakikat tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Tauhid inilah perintah Allah yang paling agung. Allah perintahkan segenap manusia untuk mentauhidkan-Nya. Allah berfirman (yang artinya),
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun” (QS. An-Nisa: 36)
“Dan beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)
Ibadah kepada Allah tidak diterima kecuali jika dilandasi dengan tauhid. Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam risalah ringkasnya yang berjudul Qawa’id Arba’ mengatakan, “Sesungguhnya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali jika bersama dengan tauhid. Apabila syirik mencampuri suatu ibadah maka ia merusaknya dan menghapuskan amalan, dan pelakunya menjadi orang yang akan kekal berada di dalam neraka Jahannam.”
Hal ini berdasarkan firman Allah (yang artinya),
وَلَوۡ أَشۡرَكُواْ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٨٨
“Dan seandainya mereka itu berbuat syirik pasti akan terhapus apa-apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Aal-An’am : 88)
Allah juga berfirman (yang artinya),
وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٦٥
“Dan sungguh telah Kami wahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; bahwa jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang yang merugi.” (QS. Aaz-Zumar : 65)
Baca Juga: Atasi Corona dengan Bertauhid yang Sempurna (Bag. 1)
Tauhid, Kunci Kebahagiaan Hidup
Dengan demikian menjaga tauhid dari kerusakan adalah tugas dan kewajiban setiap insan. Inilah kunci kebahagiaan hidupnya. Tidaklah seorang muslim meraih ketentraman dan tambahan hidayah kecuali dengan meniti jalan tauhid dan memurnikan aqidahnya dari segala kotoran kezaliman. Allah berfirman (yang artinya),
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ٨٢
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. Aal-An’am : 82)
Syirik disebut sebagai kezaliman karena pelakunya telah menujukan ibadah kepada sesuatu yang tidak berhak menerimanya. Karena ibadah adalah hak Allah, tidak boleh memalingkan ibadah kepada selain-Nya. Memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah kezaliman. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang artinya),
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
“Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman : 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah, kita mengetahui bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu tauhid. Sebagaimana faidah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi hafizhahullah dalam ceramah beliau pengantar kajian kitab Qawa’id fit Tauhid. Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya),
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ ١٩
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Allah dan mintalah ampunan atas segala dosamu.” (QS. Muhammad : 19)
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa memahami ilmu agama ini adalah kunci kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan ilmu tauhid merupakan ilmu yang paling wajib dipahami dan paling utama untuk dipelajari. Oleh sebab itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah di negeri Yaman, “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafal milik Bukhari)
Dalam rangka mewujudkan tujuan yang agung inilah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada umat manusia. Allah berfirman (yang artinya),
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ ٢٥
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu -Muhammad- seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar kecuali Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Aal-Anbiya’ : 25) (lihat kitab Tajrid at-Tauhid min Daran asy-Syirki wa Syubah at-Tandid, hal. 11)
Nabi Nuh ‘alaihis salam -rasul yang pertama- pun diutus oleh Allah kepada kaumnya untuk mengajarkan tauhid yaitu penghambaan kepada Allah semata. Allah berfirman (yang artinya),
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٖ ٥٩
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia pun berkata : Wahai kaumku, sembahlah Allah saja, tidak ada bagi kalian ilah/sesembahan selain-Nya.” (QS. Aal-A’raf : 59)
Begitu pula Allah mengutus Nabi Hud ‘alaihis salam kepada kaumnya dengan membawa misi dakwah tauhid. Allah berfirman (yang artinya),
۞وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ ٦٥
“Dan kepada kaum ‘Aad Kami pun mengutus saudara mereka Hud. Dia berkata : Wahai kaumku, sembahlah Allah saja, tidak ada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Aal-A’raf : 65)
Dan demikian itulah misi dakwah para rasul di sepanjang masa. Allah berfirman (yang artinya),
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.” (QS. Aan-Nahl : 36)
Baca Juga: Ketika Para Da’i Tauhid dan Sunnah Dituduh Antek Kafir
Tauhid adalah Intisari Agama Islam
Tauhid inilah intisari agama Islam. Yang mana Allah tidak menerima agama kecuali Islam. Allah berfirman (yang artinya),
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
“Dan Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran : 85)
Semua agama yang bertentangan dengan tauhid maka tertolak. Karena hakikat islam adalah kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan membersihkan diri dari syirik dan berlepas diri dari pelakunya. Inilah hakikat agama Islam yang dibawa oleh segenap rasul dari yang pertama hingga yang terakhir (lihat at-Ta’liq al-Mukhtashar al-Mubin ‘ala Qurrati ‘Uyunil Muwahhidin, hal. 22).
Saudaraku yang dirahmati Allah, apabila kita telah mengetahui betapa besar keutamaan ilmu tauhid dan tingginya kedudukan tauhid dalam agama ini maka sudah semestinya seorang muslim bersemangat untuk mempelajarinya dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan bimbingan para ulama dan para da’i yang memahaminya dengan baik dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Semoga sedikit catatan faidah ini bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca. Kepada Allah semata kita memohon taufik untuk meniti jalan yang lurus ini agar bisa masuk ke dalam surga dan memandang wajah-Nya yang mulia…
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Baca Juga:
Yogyakarta, 3 Syawwal 1441 H / 26 Mei 2020
Disusun dengan arahan dari Pimred muslim.or.id
Ustadz M. Saifudin Hakim hafizhahullah
Oleh hamba yang fakir kepada Rabbnya
Artikel asli: https://muslim.or.id/56823-saudaraku-inilah-ilmu-paling-utama.html